• SMA NEGERI 1 ANGKOLA BARAT
  • #Bekerja Melampaui Tupoksi

Cerpen Berjudul Persahabatan Tanpa Batas Karya Ingatan Sutraman Kelas XII-3

Persahabatan Tanpa Batas
Ingatan Sutraman XII-3
 
   Di sebuah desa kecil bernama angkola barat ada enam sahabat yang selalu bersama dalam suka maupun duka. Mada, Anan, Atan, Adal, Tian, dan Ondi adalah anggota Pramuka yang dikenal sangat kompak. Persahabatan mereka bukan sekadar hubungan biasa, melainkan ikatan yang begitu erat, seperti keluarga yang tak terpisahkan. Mereka saling mendukung, berbagi cerita, bahkan saling menyelesaikan masalah. Hari itu, setelah kegiatan Pramuka selesai, Mada mengusulkan ide untuk mengisi akhir pekan. “Gimana kalau kita kemping lagi di dekat sungai? Udah lama nggak main ke sana. Setelah itu, kita bisa lanjut menjelajahi kota. Seru, kan?” Anan, yang biasanya serius, kali ini tampak antusias. “Setuju! Tapi kita Cuma bawa yang perlu-perlu aja. Kayak biasa, modal kita Cuma tekad kuat dan kreativitas.”
 
    “Aku bawa tali Pramuka. Kalau kita kesulitan, siapa tahu bisa berguna,” tambah Adal sambil terkekeh. Dengan rencana sederhana, mereka pun bersiap. Hari Sabtu pagi, mereka berkumpul di depan sekolah, masing-masing membawa tas punggung kecil berisi bekal seadanya: roti, botol air, dan perlengkapan Pramuka. Meski sederhana, mereka tetap bersemangat karena mereka tahu bahwa kebahagiaan tak selalu datang dari kemewahan, melainkan dari kebersamaan. Setibanya di sungai, suasana alam yang segar langsung membuat mereka merasa lega. Tian dan Atan langsung berlari ke tepi sungai sambil berteriak, “Airnya dingin banget! Cepetan ke sini!” Mada dan Ondi membantu mendirikan tenda, sementara Adal dan Anan mencari kayu untuk membuat api unggun. Malam itu, mereka duduk melingkar di sekitar api unggun. Tian, si penghibur kelompok, mulai bercerita tentang pengalaman konyol mereka sebelumnya. “Kalian ingat waktu kita tersesat di gang kecil pas lagi keliling kota? Kita nggak punya uang buat makan, tapi malah diundang makan sama ibu-ibu pemilik warung?” Mereka tertawa mengingat momen itu. “Bener banget,” kata Ondi. “Dia bilang, ‘Nggak ada uang nggak masalah, asal punya hati.’ Itu pelajaran berharga banget buat kita.”
 
    Obrolan mereka terus berlanjut hingga malam semakin larut. Ondi, yang biasanya paling kalem, tiba-tiba berkata, “Kalian sadar nggak, selama ini kita terlalu sibuk menikmati kebersamaan sampai lupa mikirin hal-hal lain, kayak cinta misalnya?”Semua langsung tertawa. “Cinta? Hahaha!” seru Atan.Mada menggeleng sambil tersenyum. “Kenapa harus mikirin cinta kalau kita punya kalian? Persahabatan ini udah lebih dari cukup.”
 
    Adal menimpali, “Lagian, kita masih punya banyak petualangan. Cinta? Nanti aja, biar hidup kita tetap simpel.” Keesokan paginya, mereka memutuskan untuk melanjutkan petualangan. Dengan langkah ringan, mereka menyusuri jalan-jalan kecil di Padangsidimpuan, melewati pasar tradisional, gang-gang sempit, hingga bukit-bukit kecil di pinggiran kota. Di salah satu bukit, mereka menemukan tempat yang indah, dengan pemandangan kota yang terlihat jelas dari kejauhan. Ini harus jadi tempat rahasia kita,” kata Tian sambil memandang ke arah kota. “Kapan pun kita butuh ketenangan, kita bisa ke sini.”
 
    Mereka pun sepakat dan menamai bukit itu “Bukit Enam Sahabat.” Sebuah tempat yang menjadi simbol persahabatan mereka yang tak lekang oleh waktu. Sore harinya, mereka kembali ke kota dengan rasa lelah bercampur kebahagiaan. Di tengah perjalanan, Anan berkata, “Aku nggak peduli kalau kita nggak punya uang, nggak punya fasilitas mewah. Yang penting, kita punya ini: persahabatan. Itu udah cukup buat aku.”
 
   Mereka semua tersenyum. Persahabatan mereka bukan hanya sekadar hubungan biasa, tapi ikatan yang tulus tanpa pamrih. Hari itu menjadi salah satu hari paling berkesan dalam hidup mereka. Bagi Mada, Anan, Atan, Adal, Tian, dan Ondi, kebahagiaan adalah sesuatu yang sederhana. Bukan tentang uang atau kemewahan, melainkan tentang kebersamaan, saling mendukung, dan merajut kenangan yang akan selalu mereka ingat. Selama mereka bersama, petualangan apa pun terasa istimewa. Di kota kecil itu, mereka terus menjalani hari-hari dengan hati yang ringan, menikmati kebahagiaan yang sederhana namun mendalam. Enam sahabat itu adalah bukti nyata bahwa persahabatan sejati adalah harta yang paling berharga.

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Cerpen Berjudul "Because This Is My Life" Karya Wulan Lestari Pemenang Lomba Cerpen TOP 25 Besar Nasional TKI Kreatif

BECAUSE THIS IS MY FIRST LIFE WULAN LESTARI       Angin dingin berhembus tajam, menerpa tubuh Yura yang berdiri mematung di depan pintu rumahnya. Di tangannya, tergengg

10/03/2025 12:41 - Oleh MORA YANTHI PANGGABEAN, S.Pd - Dilihat 34 kali
Pentingnya Belajar di Sekolah Saat Bulan Ramadhan

Sunny Syaputra Nasution, S.Pd.     Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah bagi umat Islam. Selama bulan ini, umat Islam diwajibkan untuk berpuasa dari fajar hingga ter

02/03/2025 09:27 - Oleh Sunny Saputra Nasution, S.Pd - Dilihat 110 kali
Puisi Berjudul Lantas Kemana Karya Silpia Rahmadhani Simbolon Kelas X-4

Lantas Kemana Silpia Rahmadani Simbolon X-4   andai waktu bisa ku putar akan kubuktikan bahwa cinta itu nyata malam hari yang terasa sepi dibarengi air hujan di matanya angi

21/02/2025 21:08 - Oleh Sunny Saputra Nasution, S.Pd - Dilihat 119 kali
Cerpen Berjudul Harapan di Atas Debu Karya Rika Sumila Juara II Lomba Cerpen Nasional TKI Kreatif

HARAPAN DI ATAS DEBU RIKA SUMILA         Kota yang dulu indah dan tenteram kini hancur dan bangunan terlihat seperti kepingan bebatuan. Bangunan-bangunan hancur, u

09/02/2025 19:30 - Oleh Sunny Saputra Nasution, S.Pd - Dilihat 137 kali
Cerpen Berjudul Momentum Terindah Karya Nirwana Harahap XII-5 Pemenang 2 Lomba Cerpen Antar Kelas Bertema Hari Guru

Momentum Terindah          Waktu akan terasa melambat ketika kita sedang menunggu sesuatu tujuan yang belum tercapai oleh kita, tetapi ada beberapa menganggap

19/01/2025 19:21 - Oleh Sunny Saputra Nasution, S.Pd - Dilihat 162 kali
Cerpen Berjudul Pelita Hati Karya Wulan Lestari XII-4 Pemenang 1 Lomba Cerpen Antar Kelas Bertema Hari Guru

Pelita Hati      Di sebuah sekolah ditengah perkotaan, Yura duduk di bangku paling belakang, tepat di samping jendela yang menghadap ke taman. Hembusan angin siang mener

15/12/2024 20:55 - Oleh Sunny Saputra Nasution, S.Pd - Dilihat 262 kali
Cerpen Berjudul "Insecure" Karya Neffy Feliska Kelas XI-4

 Insecure      Di sebuah desa yang indah dan asri hiduplah seorang gadis yang penuh cerita, penuh semangat, dan dia dijuluki si pemilik hati yang baik .namun di sis

03/12/2024 10:48 - Oleh MORA YANTHI PANGGABEAN, S.Pd - Dilihat 485 kali
Cerpen Berjudul "Maaf" Karya Fauziah Meylani Kelas XI-5

 Maaf Fauziah Meylani     Di sebuah kota kecil yang tenang, tinggal seorang pemuda bernama Dimas. Dimas adalah seorang yang sederhana, bekerja sebagai penulis lepas. Ha

17/09/2024 17:28 - Oleh Sunny Saputra Nasution, S.Pd - Dilihat 531 kali
Cerpen Berjudul "Pagi yang Berbeda" Karya Fauziah Meylani Kelas XI-5

 Pagi yang Berbeda Fauziah Meylani XI-5     Hari pertama masuk sekolah selalu menjadi momen yang mendebarkan bagi banyak siswa, tidak terkecuali bagi Arif, seorang sisw

15/09/2024 21:39 - Oleh MORA YANTHI PANGGABEAN, S.Pd - Dilihat 469 kali
Sebuah Cerita Pendek Berjudul "Setiap Detik Adalah Kesempatan" Karya Ahmada Nuari Kelas XI-5

"Setiap Detik Hidup adalah Kesempatan" karya Ahmada Nuari XI-5    Mia adalah seorang wanita muda yang hidup di tengah-tengah keluarganya dengan penuh perjuangan. Terlahir da

03/09/2024 21:21 - Oleh Sunny Saputra Nasution, S.Pd - Dilihat 1522 kali